Tibatiba, jadwal berubah dan saya maju terakhir :) memang kekuatan doa tuh luar biasa banget. Setidaknya saya masih bisa belajar lah. Namun sialnya, saat pagi hari ingin maju sidang, saya diputus kontrak dikarenakan perusahaan melakukan efesiensi dari pandemi COVID-19. Jadi saya sudah tidak memiliki pekerjaan di hari saya ingin maju sidang. ArtikelTerbaru suramnya musim kemarau yang telah tiba - Musim kemarau tiba. Ia memberi gambaran muram tentang semesta KetikaSubtema 2: Perubahan Lingkungan 85 musim kemarau tiba, para tokoh adat atau sesepuh adat Desa Bayan melakukan ritual lewat tarian yaitu Tari Suling Dewa. Tarian tersebut merupakan sarana permohonan doa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar hujan segera turun. Ceritakanpengalamanmu mengenai hidup rukun dalam perbedaan 3 IPS NO KOMPETENSI DASAR Ketika tiba musim kemarau, pohon jati akan menggugurkan daunnya. Adapun tujuan pohon jati menggugurkan daunnya adalah untuk mengurangi penguapan. Hal ini merupakan cara tumbuhan menyesuaikan diri dengan kondisi kemarau. Sehingga pohon Sayamempunyai beberapa pengalaman menarik di pesawat terbang, berikut beberapa diantaranya : 1. Sewaktu dari Jerman ke Jakarta dan transit di Dubai, dan di Dubai masuklah rombongan TKW, dan ketika masuk, mereka menuju kursi sesuai nomer, melihat kursi disebelah saya kosong, mereka berbisik2 tp saya bisa mendengar.. Ceritakanpengalamanmu saat musim kemarau tiba! - 50743483 jeverasalsabilla16 jeverasalsabilla16 13 menit yang lalu B. Indonesia Sekolah Dasar terjawab Ceritakan pengalamanmu saat musim kemarau tiba! Tolong kak plisssssss dibantu ~No ngasal ~No bahasa alien dijawab ya kak 2 Lihat jawaban Iklan . Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 3. Pergunakan Suncrem, Sunblock atau tabir surya,dan pilih pelembab atau moisturizing yang mengandung UV Protection, dan juga body lotion dan day creem yang mengandung SPF agak mengandung SPF. 15+ . 20+, atau kita lama di luar ruangan dan banyak terpapar sinar matahari bisa pergunakan yang 30+. atau Pergunakan baju yang berbahan kain yang bisa menyerap keringat dan lembut, agar kita tidak merasa gerah dan nyaman. Karena kita tidak selalu bisa di ruang yang berpendingin. Usahan untuk sering berganti baju bila sudah basah agar tidak menimbulkan bau dan masuk angin sendiri. 5. Jangan pergunakan parfum atau pewangi badan yang berbau tajam, karena kalau tercampur keringat akan menimbulkan bau yang justru menyengat, dan bikin mabok orang yang sekitar anda. Lebih baik gunakan Antiperspirant Deodorant dari pada memakai parfum, untuk mengendalikan keringat kamu. 6. Sering-seringlah mandi, dan bila kamu muslim seringlah berwudhu agar badan menjadi bersih dan segar selalu. Karena keringat dan debu yang menempel akan membuat kulit anda cepat kusam dan bau. Tapi jangan setiap kali membasuh wajah kamu gunakan Foaming Cleanser nanti wajahmu bisa kering, pergunanak Cleanser Foam cukup pagi dan malam hari saja bila hendak Hemat air. Walau kita butuh banyak air tapi pergunakan dengan semestinya saja, jangan dibuang-buang. Ingat saudara-saudara kita banyak yang mengalami kekeringan dan kekurangan air di luar sana. Misalnya kita tampung sisa air wudhu atau air cucian untuk menyiram halaman, atau menyiram tanaman yang ada di sekitar kita. Karena bukan hanya manusia saja yang butuh air, tanaman dan hewan juga memerlukan air untuk kebutuhan Pertahankan pohon-pohon lindung di sekitarmu. Jangan suka menebang pohon yang sudah tumbuh di sekitar lokasi tempat tinggalmu, hanya alasan malas membersihkan dedaunan yang gugur di pohon-pohon itu agar tak terlalu tinggi dan membahayakan.. Atau mulailah memanam pohon di sekitar tempat tinggalmu. Karena pohon membuat udara tetap sejuk dan melindungi rumahmu dari terpaan angin dan debu. Dan kita juga bisa memanfaatkan buah atau bunga dari pohon yang kita tanam. 9. Pergunakan sinar matahari untuk menerangi rumahmu jadi tidak perlu menyalakan lampu di siang hari, hemat listrik. Bahkan kalau bisa ubah sinar matahari menjadi energy listrik yang bisa disimpan dan dipergunakan malam Hindari hal-hal yang dapat memicu adanya kebakaran, baik itu kebakaran rumah maupun kebakaran lahan. Pergunakan api dengan hati-hati dan dalam pengawasan agar tidak menimbulkan bencana yang bisa merugikan diri kita sendiri dan orang hal-hal yang perlu kita lakukan saat menyambut kemarau yang menyengat dan kering seperti ini. Semoga bermanfaat dan kita selalu merasa bersyukur atas segala yang Tuhan berikan kepada kita, termasuk alam ini agar kita bisa merawat dan menjaga alam lingkungan kita dengan baik. Agar kita merasa aman dan nyaman kehidupan di dunia ini. 1 2 3 Lihat Lyfe Selengkapnya Karena saya bertempat tinggal di Indonesia, maka sesuatu yang selalu dijumpai dalam setiap tahunnya adalah dua hal berikut pertama, musim hujan. Dan yang kedua, musim kemarau. Iya, Indonesia adalah daerah tropis. Oleh karenanya, hanya memilki dua musim yang terus-menerus bergantian. Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya saat merasakan musim kemarau. Cerita ini saya ambil dari pengalaman saya ketika masih berada di Petaling nama sebuah desa yang ada di Provinsi Jambi. Mayoritas masyarakat di desa saya memanfaatkan air sumur untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Mencuci baju, mencuci piring, mandi dan memasak air, kami menggunakan air yang ada didalam sumur. Nah, jika yang sedang terjadi adalah musim kemarau seperti saat ini. Maka sebagian besar sumur milik para warga airnya menyusut. Bahkan, beberapa diantaranya sampai kekeringan total. Tak ada air yang masih tersisa dalam sumur mereka. Keluarga saya termasuk dalam kategori yang air sumurnya menyusut sampai kering. Jadinya, setiap datang musim kemarau kami melaluinya dengan kegiatan yang cukup menguras tenaga. Karena harus dua kali kerja. Content 1 Mengambil Air dari Sumur Umum 2 Mendorong Angkong itu Berat Bro 3 Kalau Sedang Kemarau Mandinya di Tempat Umum Sebenarnya Malu dilihat Orang 4 Bajunya Jangan Sering Ganti Bagikan ini Like this Mengambil Air dari Sumur Umum Ketika malam telah tiba, saya harus segera melakukan eksekusi. Minimal, biasanya saya membawa jerigan air yang berkapasitas 20 Liter. Jerigen itu saya bawa dengan kedua tangan saya, artinya saya membawa 2 jerigen dalam satu kali jalan. Tetapi, terkadang saya juga memakai angkong untuk membawa jerigen-jerigen yang nantinya akan diisi air tersebut. Tergantung situasi, kalau angkong milik keluarga kami sedang tidak dipakai, maka saya lebih memilih membawa angkong untuk mengusung jerigen ke sumur umum. Karena jumlah jerigen yang akan dibawa bisa lebih banyak. Buat kamu yang belum tahu, angkong itu adalah gerobak sorong yang biasanya digunakan untuk membawa barang. Googling aja deh, kalau belum dapat gambaran. Disaat antrian sedang memanjang, saya harus menunggu lama. karena tidak sedikit warga yang juga akan mengisi air dalam jerigen yang mereka bawa. Mendorong Angkong itu Berat Bro Ngangkong itu berat kamu ngga akan kuat, biar aku saja. Kamu juga sudah tau, tahap selanjutnya setelah jerigen telah terisi penuh adalah saatnya untuk membawa kembali jerigen itu ke rumah. Saya adalah seorang single fighter, semua pekerjaan itu saya lakukan tanpa ada seseorang yang turut membantu menyelesaikan. Mulai dari membawa jerigen ke Sumur Umum, ngantri, mengisi air kedalam jerigen, sampai tahap akhir saya lakukan sendiri tanpa adanya seorang stuntman. Hehe, seperti main film aja pakai stuntman segala. Pokoknya, ya begitu deh. Suka dan duka selama dalam cerita ini saya tanggung sendiri, tanpa melibatkan orang lain didalamnya. Ya iyalah. Kalau kamu pernah merasakan pengalaman yang saya alami ini, berarti kamu beruntung. Kamu beruntung karena bisa nge-gym tanpa harus pergi ke tempat gym. It’s free man. Hehe. Karena pada basic nya saya adalah seseorang yang terbiasa dengan pekerjaan yang keras, maka saya tidak pernah mengeluh menjalaninya. Sejak kecil saya berada di lingkungan yang bisa dibilang mayoritas warganya berprofesi sebagai Buruh. Pada saat angkong sedang berada dalam posisi berjalan, saya mendorongnya dengan sangat berhati-hati. Karena kalau tidak, angkong akan oleng kemudian roboh. Mendorong gerobak sorong yang berisi jerigen air tidaklah sama dengan mendorong gerobak dengan isi benda lainnya. Dikarenakan adanya guncangan pada air didalam jerigen sehingga membutuhkan keseimbangan ketika memgemudikannya. Kalau Sedang Kemarau Mandinya di Tempat Umum Mandi adalah suatu kegiatan yang rutin dilakoni oleh setiap orang pada umumnya. Kalau kamu jarang mandi, berarti kamu masuk kedalam kategori Manusia Langka MANULA. Saya sih engga termasuk. Walaupun hanya sekali mandinya dalam sehari, hehe. Ngga ada alasan untuk tidak mandi walaupun musim sedang kemarau. Waktunya mandi ya tetap mandi. Benar ngga?. Kalau kemaraunya tidak terlalu lama, biasanya saya mandinya masih bisa dilakukan di rumah, tetapi kemarau saat ini berlangsung lebih dari lima bulanan, air yang ada didalam sumur belakang rumah saya sudah surut. Ayah saya dan para tetangga ketika dulu menggali sumur hanya sampai pada kedalaman tiga meteran dari permukaan tanah. Kalau musim hujan sih, air didalam sumur isinya stabil. Tetapi, kalau kemarau telah melanda. Maka kami bingung mencari stock air untuk kebutuhan dalam setiap hari. Sebenarnya bukan “bingung”, karena persedian air di sumur umum selalu ada saat musim kemarau, hanya saja kami harus mengusungnya terlebih dahulu ke rumah sebelum untuk digunakan memasak dan lain sebagainya. Oh iya, kalau mandi saya tidak perlu mengusung air terlebih dahulu. Jika musim kemarau datang, saya mandinya di tempat pemandian umum yang berada tidak jauh dari rumah. Sebenarnya Malu dilihat Orang Namanya juga di tempat umum, jadinya ya harus bareng-bareng. Mau ngga mau harus tetap bareng, malu ngga malu pun harus tetap bareng. Saya sendiri adalah tipikal orang yang Pemalu. Kalau harus dihadapkan dengan keadaan yang seperti ini, saya menamakannya dengan “Perjuangan”. Iya, perjuangan menghadapi orang dikeramaian, perjuangan menahan malu yang saya rasakan, dan juga perjuangan untuk tetap terlihat biasa saja dihadapan orang lain. Tempat pemandian umum di dekat rumah saya adalah tempat dengan konsep terbuka. Kami mandi dengan tanpa ada sekatan yang bisa menutupi. Itulah sebabnya, saya merasakan malu yang kelewat batas. Mungkin, kamu biasa saja merasakan hal semacam ini. Tetapi tetap saja, kamu bukanlah saya dan saya bukanlah kamu. Setiap orang memiliki kepribadiannya masing-masing, bukankah begitu? Menjelang sore hari, saya harus segera beranjak dari rumah menuju TKP, karena saya paham ketika musim kemarau tiba kerumunan orang memadati tempat Pemandian Umum. Kalau ngga ada acara lain, biasanya saya berangkat dari rumah sekitar jam 1600. Waktu itu pada suatu sore, saya akan pergi untuk mandi di tempat pemandian umum yang berada di dekat rumah. Namun ternyata ada sebuah insiden yang ngga saya inginkan. Jadi begini, saat saya berada diperjalanan semuanya aman terkendali. Namun, ketika saya sebentar lagi akan sampai di tempat tujuan, tiba-tiba ada rasa yang ngga enak yang timbul saat itu juga. “gak ono timbone lee..” Kata seorang tetangga saya yang kebetulan ketika itu sudah terlebih dahulu berada di TPU Tempat Pemandian Umum. Si tetangga ini memberi tahu saya, timba yang biasaya selalu ada di sumur TPU saat itu sedang entah dimana keberadaannya. mission fails, saya ngga jadi mandi deh. Bajunya Jangan Sering Ganti Hal yang terakhir ketika musim kemarau adalah saya harus memakai baju dalam jangka lebih dari satu hari, minimal ya dua-tiga harian lah saya baru bisa ganti baju. “lee, nek gawe kelambi ojo bolak-balik ganti yo, ibuk ewoh ngumbah e”. Itu adalah quote ibu saya yang berlaku disaat musim kemarau saja, jika musim telah berganti masa aktif quote tersebut akan expired. Yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia maka artinya kurang lebih seperti berikut. “nak, kalau pakai baju jangan sering-sering ganti ya, ibu susah nyucinya”. Posisi saya pada cerita ini saya masih berada di bangku Sekolah Dasar, jadinya semua pakaian kotor masih dicuciin oleh ibu saya. Mencuci baju secara mandiri baru saya lakukan saat telah menginjak bangku SMP. Sekian, ceritanya ngga ada yang spesial sih. Gaya bahasanya juga masih berantakan. Maaf ya gaes kalau ngga nyaman sama tulisan saya. See you in the next story. Demi Tuhan, kalau memang punya pilihan, lebih baik aku disuruh menawar calon karyawan dengan rentetan pengalaman bonafide bergaji dua digit agar mau bergabung di perusahaan baru. Sealot-alotnya takkan menyebabkan diriku berakhir di neraka kalau beradu urat leher dengannya. Tetapi ini berbeda. Aku berhadapan dengan papaku sendiri. Lelaki yang setapuk surgaku ada pada restunya itu.”Apa yang Papa takutkan sebenarnya?” kejarku hampir hilang sabar. ”Bertemu dengan Mama?”Papa membuang pandang ke halaman belakang yang sebagian tertutup beton bertulang milik tetangga. Sejurus kemudian ia memberi gelengan samar sebelum bersuara.”Sejujurnya lebih mudah mengaku kalah sesudah bertarung dengan orang lain daripada mengakui tak punya keberanian untuk berhadapan dengan rasa bersalahku sendiri.”Ia menutup percakapan dengan beranjak dari kursi rotan tanpa memberiku kesempatan menyanggahnya lagi. Sebuah sikap yang sungguh kurutuki meski dalam sanubari sebab pernah membuatku kesulitan percaya masih ada laki-laki bertanggung jawab di muka bumi ini. Alasan mengapa Handaru harus berupaya demikian keras hingga aku berani menganggukan kepala atas pintanya untuk membangun kehidupan rumah tangga. Sesuatu yang nyaris tak pernah kuimpikan setelah menyaksikan biduk orangtuaku karam di meja pengadilan.***Handaru memejamkan mata begitu mendapati gelengan kepala dari pengelola sebuah gedung bergaya kolonial. Ini hari terakhirnya cuti sebelum bertolak menuju anjungan lepas pantai. Dua minggu cuti untuk persiapan pernikahan yang tak semulus bayangan, aku paham ia mulai gedung terakhir di kota kami. Gedung Juang namanya. Bangunannya mudah mencuri perhatian sebab di halaman berdiri replika pesawat dengan kiri dan kanan diapit meriam serta jangkar raksa. Menarik sekaligus menyulitkan karena halaman parkir menjadi sangat yang membuatku dan Handaru berpikir dua kali sebelum memasukkan gedung ini dalam daftar lokasi pernikahan kami. Tetapi ternyata ragu kami disambut kenyataan Gedung Juang sudah telanjur disewa orang. Juga gedung lain yang lebih dulu kami datangi tadi.”Rumah Masa Senang sudah laku?” tanya Handaru sebelum kami meninggalkan Gedung Juang.”Belum,” sahutku sembari mengenang rumah masa kecil yang dibangun Papa dan Mama saat batubara masih berjaya. Berlokasi di Jalan Masa Senang yang dulu dekat dengan bioskop pertama. Rumah bergaya retro berbahan papan dengan tegel bercorak khas.”Kalau kita bangun tenda di halaman sepertinya masih cukup menampung tiga ratus tamu undangan,” cetus Handaru membuat pupil mataku melebar seketika.”Jangan. Aku sengaja memilih gedung supaya menghindari kerumitan memilih acara di tempat Mama atau Papa. Aku takut ada perasaan memihak salah satu.””Rumah Masa Senang justru pilihan paling adil. Karena rumah itu milik keduanya yang kita pakai untuk mengucap janji pernikahan. Siapa tahu Papa bisa luluh?”Aku menimbang ide Handaru dengan gamang. Belum final keputusanku, dering ponsel lebih dulu menjeda. Nama Papa tertera di sana.”Pamanmu cerita belum terima undangan.” Papa menyebut nama adik bungsunya.”Undangannya memang belum disebar, Pa.””Desainnya belum selesai?””Secara desain tinggal dicetak sebenarnya, tapi lokasi acara yang belum dapat.”Papa tidak memberi tanggapan, tetapi juga tidak mematikan telepon. Aku tidak berani menyudahi, khawatir ia salah paham.”Pa, boleh pinjam kunci Rumah Masa Senang?”Handaru tersenyum. Papa meminta diambil sendiri ke rumah mendiang Nenek yang ia tempati selepas perpisahan dengan Mama. Angin musim kemarau agak lebih sejuk hari ini. Meski aku tak tahu apakah siutnya bisa meluluhkan hati yang beku oleh bekap rasa bersalah menahun.***Papa meminta kemudi begitu selesai mengunci pagar. Pantang sekali ia disetiri. Suka tidak suka aku beralih duduk ke sebelah kiri, membiarkan ia memimpin perjalanan kami menuju Rumah Masa Senang akan ditempuh dalam empat jam. Cukup untuk tidur nyenyak jika Papa tidak minta ditemani berbincang untuk menghindari yang sebelumnya hanya menitip kunci mendadak memutuskan untuk ikut. Aku sudah mengikat tali sepatu ketika Papa bilang tidak tega kalau aku membersihkan karena Handaru sudah on site di rig. Alasan yang meragukan tapi kuiyakan.”Kamu tidak ingin tahu mobil di depan kita asalnya dari mana?” Papa memulai menggelengkan kepala. Daripada mencari tahu asal kendaraan dari kode belakang pelatnya seperti masa kecil dulu, ada yang lebih mengusik rasa penasaranku.”Pa,” panggilku. ”Apa yang dicari laki-laki dari perempuan dalam pernikahan?””Setidaknya ada empat.””Apa saja?””Kalau pernikahan itu baru seumur rumput tumbuh di pematang, maka yang dicari laki-laki adalah kesenangan pandangan.””Misalnya?””Misalnya Mama yang mengenakan lingerie ketika Papa cuti.”Aku tertawa mengenang betapa polosnya dulu ketika bertanya mengapa Mama mengenakan pakaian tipis padahal sedang hujan. Mama belum menjawab apa-apa saat Papa tiba dengan raut cerahnya.”Kedua, disenangkan perutnya. Karena laki-laki yang lapar akan lebih banyak di luar.”Mama pandai memasak. Setiap racikannya selalu enak. Bahkan sekadar pucuk daun singkong yang direbus bersama kacang panjang dan pepaya muda. Papa bisa menghabiskan dua setengah piring nasi. Mungkin ini alasan ketika cuti Papa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Menemaniku bermain apa saja. Perutnya sudah kenyang dan senang.”Ketiga, dihargai apa yang ia upayakan.”Aku mengangguk. Mama dan Papa tak pernah bertengkar urusan uang. Mama yang sering menyusun lembaran uang di dalam dompet Papa agar terlihat lebih rapi tanpa pernah mengambil sebelum gegas menyalip kendaraan raksasa di depan kami begitu ada celah yang memadai. Aku menunggu ia melanjutkan cerita. Tetapi hingga lewat batas kota suaranya belum juga kembali terbuka.”Lalu yang keempat apa, Pa?” ulikku tak sabar.”Keempat....” Kalimatnya menggantung sesaat. ”Keempat, diperlakukan dengan hormat.”Aku meneguk ludah dengan kentara sebelum kemudian bersuara. ”Dan Papa tidak mendapatkan itu dari Mama sehingga mencari dari perempuan lain?”Papa meluruskan pandang. Bahunya berubah tegang. Ia menggenggam setir lebih erat.”Mamamu tidak salah,” sahut Papa dengan tatapan nanar. ”Papa yang terlalu pecundang untuk mengakui bahwa ia memang lebih hebat. Padahal tidak sekalipun Mama pernah mengerdilkan Papa. Semuanya sebatas asumsi untuk membenarkan diri mencari perempuan yang bergantung pada Papa itu tidak salah.””Papa pernah bilang ke Mama?”Papa menggeleng. ”Ego Papa sudah luka sewaktu Mama mendapat promosi. Sebenarnya Papa yang tidak siap kalau pendidikan dan karier istri lebih tinggi.”Aku menutup mata. Mencerna kata demi kata yang baru terungkap setelah sembilan tahun perpisahan Papa dan Mama.”Sejatinya, sebelum laki-laki menuntut empat hal tadi pada istri, ia mesti lebih dulu paham bahwa sepasang bukan berarti senantiasa bersesuaian. Karena itu perlu kesediaan untuk saling bergerak ke titik tengah agar bisa menenteramkan.”Papa menutup percakapan. Mobil masuk ke halaman Rumah Masa Senang. Mama telah menunggu dengan pel dan sapu. Kali pertama aku menyaksikan keduanya kembali berhadapan selain momen wisuda dulu.***Malam telah menuju dini hari ketika aku terbangun dari tidur oleh rasa dahaga. Melelahkan juga membersihkan rumah seukuran sepuluh kali empat belas meter persegi ini. Petang setelah lantai bebas debu kami memutuskan menginap saja. Ada tiga kamar di sini. Aku dan Mama di kamar utama. Papa di kamar nomor sisi kanan ranjang. Tak ada Mama. Mungkin Mama di dapur, terletak bersebelahan dengan kamar mandi dan WC. Dekat ruang makan yang menghadap teras samping. Dulu Papa dan Mama sering menghabiskan waktu berdua di sana. Sekadar menyesap kopi dan sukun sedikit terkesiap. Lampu kamar Papa menyala. Pintunya sedikit terbuka. Samar kulihat tak ada orang di sana. Sudut hatiku menelisik. Tiba di dapur aku mendengar sayup-sayup suara Mama. Kubatalkan niat mengambil minum dari dispenser yang baru kami isi galonnya sore tadi.”Kalau menuruti hati, saya juga tidak lebih pantas menghadiri pernikahan Kaldera nanti. Karena saya juga mencederai pernikahan ini dengan menghadirkan laki-laki lain.””Kamu begitu kan karena saya juga tidak bisa memenuhi apa yang dipinta perempuan dalam pernikahan. Padahal hanya dua. Sandar dan dengar. Saya tidak pernah ada ketika bahumu kelelahan menahan beban kantor. Saya terlalu kaku, sehingga menganggap remeh pertanyaan kamu sudah makan atau belum, sedang apa, bagaimana sampai-sampai kamu harus mencari perhatian itu dari laki-laki lain.””Apa pun alasannya, pengkhianatan dalam pernikahan tidak bisa dibenarkan, Kak. Termasuk yang saya lakukan pada Kak Harun,” lirih Mama dengan suara parau. ”Cukup sekali kita mengkhianati janji, jangan diulang dengan mengingkari untuk tetap menjadi orangtua yang utuh bagi Kaldera. Terutama pada hari pernikahannya.””Apa yang mesti saya sampaikan sebagai nasihat pernikahan kalau berhadir di meja akad?” Papa terdengar putus asa.”Doa. Itu lebih dari cukup agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan kita.”Hening sesaat. Derik hewan malam mengisi lintasan percakapan mereka. Aku menunggu agak lama. Papa yang kemudian bersuara mendahului Mama.”Terima kasih sudah meyakinkan saya.””Terima kasih sudah memaafkan semuanya.”Miranda Seftiana, lahir di Hulu Sungai Selatan. Merampungkan pendidikan di Psikologi Fakultas Kedokteran Unlam. Novel Jendela Seribu Sungai 2018 yang digarap bersama produser Avesina Soebli akan segera diadaptasi ke film. Karya lainnya berjudul Lalu Tenggelam di Ujung Matamu 2019 mendapat apresiasi hangat dari berbagai pihak. Cerpen Miranda turut terhimpun dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas 2015, 2017, dan Agung Gede Darmayuda, lahir di Silakarang, 20 Juni 1977. Lulusan STSI Denpasar. Beberapa kali pameran bersama, antara lain di Bentara Budaya Bali, Bentara Budaya Yogyakarta, Bentara Budaya Jakarta, dan Tony Raka Gallery. Pameran tunggal Sign di Arma, Ubud. Beberapa kali mendapat penghargaan di bidang seni. Karena saya bertempat tinggal di Indonesia, maka sesuatu yang selalu dijumpai dalam setiap tahunnya adalah dua hal berikut pertama, musim hujan. Dan yang kedua, musim Indonesia adalah daerah tropis. Oleh karenanya, hanya memilki dua musim yang terus-menerus bergantian. Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya saat merasakan musim ini saya ambil dari pengalaman saya ketika masih berada di Petaling nama sebuah desa yang ada di Provinsi Jambi.Mayoritas masyarakat di desa saya memanfaatkan air sumur untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Mencuci baju, mencuci piring, mandi dan memasak air, kami menggunakan air yang ada didalam jika yang sedang terjadi adalah musim kemarau seperti saat ini. Maka sebagian besar sumur milik para warga airnya menyusut. Bahkan, beberapa diantaranya sampai kekeringan total. Tak ada air yang masih tersisa dalam sumur saya termasuk dalam kategori yang air sumurnya menyusut sampai kering. Jadinya, setiap datang musim kemarau kami melaluinya dengan kegiatan yang cukup menguras tenaga. Karena harus dua kali Air dari Sumur malam telah tiba, saya harus segera melakukan eksekusi. Minimal, biasanya saya membawa jerigan air yang berkapasitas 20 Liter. Jerigen itu saya bawa dengan kedua tangan saya, artinya saya membawa 2 jerigen dalam satu kali terkadang saya juga memakai angkong untuk membawa jerigen-jerigen yang nantinya akan diisi air situasi, kalau angkong milik keluarga kami sedang tidak dipakai, maka saya lebih memilih membawa angkong untuk mengusung jerigen ke sumur umum. Karena jumlah jerigen yang akan dibawa bisa lebih kamu yang belum tahu, angkong itu adalah gerobak sorong yang biasanya digunakan untuk membawa barang. Googling aja deh, kalau belum dapat antrian sedang memanjang, saya harus menunggu lama. karena tidak sedikit warga yang juga akan mengisi air dalam jerigen yang mereka Angkong itu Berat itu berat kamu ngga akan kuat, biar aku juga sudah tau, tahap selanjutnya setelah jerigen telah terisi penuh adalah saatnya untuk membawa kembali jerigen itu ke adalah seorang single fighter, semua pekerjaan itu saya lakukan tanpa ada seseorang yang turut membantu menyelesaikan. Mulai dari membawa jerigen ke Sumur Umum, ngantri, mengisi air kedalam jerigen, sampai tahap akhir saya lakukan sendiri tanpa adanya seorang seperti main film aja pakai stuntman segala. Pokoknya, ya begitu deh. Suka dan duka selama dalam cerita ini saya tanggung sendiri, tanpa melibatkan orang lain didalamnya. Ya kamu pernah merasakan pengalaman yang saya alami ini, berarti kamu beruntung. Kamu beruntung karena bisa nge-gym tanpa harus pergi ke tempat gym. It’s free man. pada basic nya saya adalah seseorang yang terbiasa dengan pekerjaan yang keras, maka saya tidak pernah mengeluh menjalaninya. Sejak kecil saya berada di lingkungan yang bisa dibilang mayoritas warganya berprofesi sebagai saat angkong sedang berada dalam posisi berjalan, saya mendorongnya dengan sangat berhati-hati. Karena kalau tidak, angkong akan oleng kemudian gerobak sorong yang berisi jerigen air tidaklah sama dengan mendorong gerobak dengan isi benda lainnya. Dikarenakan adanya guncangan pada air didalam jerigen sehingga membutuhkan keseimbangan ketika Sedang Kemarau Mandinya di Tempat adalah suatu kegiatan yang rutin dilakoni oleh setiap orang pada umumnya. Kalau kamu jarang mandi, berarti kamu masuk kedalam kategori Manusia Langka MANULA.Saya sih engga hanya sekali mandinya dalam sehari, hehe. Ngga ada alasan untuk tidak mandi walaupun musim sedang kemarau. Waktunya mandi ya tetap mandi. Benar ngga?.Kalau kemaraunya tidak terlalu lama, biasanya saya mandinya masih bisa dilakukan di rumah, tetapi kemarau saat ini berlangsung lebih dari lima bulanan, air yang ada didalam sumur belakang rumah saya sudah saya dan para tetangga ketika dulu menggali sumur hanya sampai pada kedalaman tiga meteran dari permukaan musim hujan sih, air didalam sumur isinya stabil. Tetapi, kalau kemarau telah melanda. Maka kami bingung mencari stock air untuk kebutuhan dalam setiap bukan “bingung”, karena persedian air di sumur umum selalu ada saat musim kemarau, hanya saja kami harus mengusungnya terlebih dahulu ke rumah sebelum untuk digunakan memasak dan lain iya, kalau mandi saya tidak perlu mengusung air terlebih dahulu. Jika musim kemarau datang, saya mandinya di tempat pemandian umum yang berada tidak jauh dari Malu dilihat juga di tempat umum, jadinya ya harus bareng-bareng. Mau ngga mau harus tetap bareng, malu ngga malu pun harus tetap sendiri adalah tipikal orang yang Pemalu. Kalau harus dihadapkan dengan keadaan yang seperti ini, saya menamakannya dengan “Perjuangan”. Iya, perjuangan menghadapi orang dikeramaian, perjuangan menahan malu yang saya rasakan, dan juga perjuangan untuk tetap terlihat biasa saja dihadapan orang pemandian umum di dekat rumah saya adalah tempat dengan konsep terbuka. Kami mandi dengan tanpa ada sekatan yang bisa menutupi. Itulah sebabnya, saya merasakan malu yang kelewat kamu biasa saja merasakan hal semacam ini. Tetapi tetap saja, kamu bukanlah saya dan saya bukanlah orang memiliki kepribadiannya masing-masing, bukankah begitu?Menjelang sore hari, saya harus segera beranjak dari rumah menuju TKP, karena saya paham ketika musim kemarau tiba kerumunan orang memadati tempat Pemandian Umum. Kalau ngga ada acara lain, biasanya saya berangkat dari rumah sekitar jam 16 itu pada suatu sore, saya akan pergi untuk mandi di tempat pemandian umum yang berada di dekat rumah. Namun ternyata ada sebuah insiden yang ngga saya begini, saat saya berada diperjalanan semuanya aman terkendali. Namun, ketika saya sebentar lagi akan sampai di tempat tujuan, tiba-tiba ada rasa yang ngga enak yang timbul saat itu juga.“gak ono timbone lee..”Kata seorang tetangga saya yang kebetulan ketika itu sudah terlebih dahulu berada di TPU Tempat Pemandian Umum. Si tetangga ini memberi tahu saya, timba yang biasaya selalu ada di sumur TPU saat itu sedang entah dimana fails, saya ngga jadi mandi Jangan Sering yang terakhir ketika musim kemarau adalah saya harus memakai baju dalam jangka lebih dari satu hari, minimal ya dua-tiga harian lah saya baru bisa ganti baju.“lee, nek gawe kelambi ojo bolak-balik ganti yo, ibuk ewoh ngumbah e”.Itu adalah quote ibu saya yang berlaku disaat musim kemarau saja, jika musim telah berganti masa aktif quote tersebut akan expired. Yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia maka artinya kurang lebih seperti berikut.“nak, kalau pakai baju jangan sering-sering ganti ya, ibu susah nyucinya”.Posisi saya pada cerita ini saya masih berada di bangku Sekolah Dasar, jadinya semua pakaian kotor masih dicuciin oleh ibu saya. Mencuci baju secara mandiri baru saya lakukan saat telah menginjak bangku ceritanya ngga ada yang spesial sih. Gaya bahasanya juga masih berantakan. Maaf ya gaes kalau ngga nyaman sama tulisan you in the next story. - Saat musim kemarau tiba, tentu suhu udara di luar rumah meningkat. Hal ini akan berimbas pada panasnya suhu di dalam rumah dan mengurangi kenyamanan. Meski ada cara praktis dengan menyalakan AC, tapi menggunakan AC sepanjang hari tentu tak baik untuk lingkungan dan membuat tagihan listrik membengkak. Melansir dari Archify, Rabu 30/06/2021, berikut ini tips rumah sejuk tanpa AC saat musim kemarau. 1. Pilih gorden yang tepat Ini adalah cara paling sederhana agar rumah tetap sejuk saat musim kemarau. Kamu bisa menggunakan tirai kain atau roller blind. Ada beberapa jenis gorden seperti sheer, semi-blackout, dan blackout. Tirai tipis dan semi-blackout biasanya terbuat dari kain transparan tipis sehingga lebih cocok untuk ruangan dengan intensitas cahaya matahari yang rendah. Sedangkan, untuk ruangan yang terkena sinar matahari langsung, pilih gorden blackout untuk menutupi jendela. 2. Hindari menggunakan lampu neon Lampu neon memancarkan cahaya kuning hangat. Lampu ini menghadirkan efek redup yang nyaman di dalam ruangan. Namun, lampu neon juga memancarkan panas yang dapat meningkatkan suhu ruangan. Karena itu, sebaiknya hindari penggunaan lampu ini dan gunakan lampu LED yang hemat energi. 3. Tambahkan lebih banyak tanaman di rumah Tips rumah sejuk tanpa AC dapat dilakukan dengan menambahkan banyak tanaman ke dalam rumah. Menempatkan beberapa tanaman ke rumah atau di sekitar rumah adalah cara termudah dan paling efektif untuk mendinginkan rumah. Pepohonan peneduh di pekarangan dapat mencegah sinar matahari yang berlebihan masuk ke rumah. Di sisi lain, warna hijau bisa membantu menyegarkan interior. Untuk tanaman indoor, pastikan memilih tanaman yang tepat.

ceritakan pengalamanmu saat musim kemarau tiba